Tertunduk aku
dalam gelap senja yang lewat, dipinggir pulau sumatera
pendar dian menerobos celah pohon yang semakin gulita
ragu aku melangkah
masih adakah engkau dan ENGKAU menungguku
letih
mejalar
rindu hangat amben kayu
yang berderik saat tergerak
tertunduk
aku
dalam ragu
rimbaku
semakin tipis
entah oleh apa
entah oleh siapa
mungkin aku yang salah
Rimbaku ! Rimbaku !
sebuah jeritan panjang yang menyayat, memecahkan kesunyian malam yang pekat
RIMBAKU ......!!!! RIMBAKU......!!!!
tersadar dari tidur yang nyenak tentang mimpi-mimpi yang diembuskan oleh para punjangga bahwa negeri kita kaya raya.
karena kayarayanya, hutan ditebangi dengan izin yang tidak terawasi, menebang tanpa izin semakin merajalela.
bencana datang, bukan hanya harta, nyawa ! selembar nyawa anak kita, saudara sedarkita, ibu kita, ayah kita. haaaaannnnyuuuut oleh bah yang sesaat datang
longsor melanda anak terbanam, ibu, bapak, saudara terbenam dan tidak ditemukan, terkubur tanpa lubang lahat, tanpa nisan.
mimpi-mimpi yang perih membangunkan kesadaran kita, bencana bagi manusia karena lam sudah porak poranda.
saat terjaga dari lelap, tersadar : RIMBAKU....!!!!! R I M B A K U !!!!!!!!!!!
dalam hening
pasrah sepasrah-pasrahnya
dalam bening
ada perih mengalir pelan
kubiarkan tak ku hapus
karena itu adalah milikmu
kubiarkan karena itu pemutus rindumu
dengan segala ikhlas
telah kita coba menanam tanpa memanen
dan ini adalah mata air
mata air
kehidupan
keabadian
tanpa kata
hari ini
mata air
menjadi
air mata
kini
rindu mengoyak mimpi
sampai kapan?
sampai kapan
mata air menjadi air mata
(untuk adiku FR di Krinci)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar